Rabu, 01 April 2015

Keindahan Dari Atas Gunung Ambang



Assalamu’alaikum wr.wb
Bolaang Mongondow memiliki banyak tempat wisata yang sangat indah. Salah satunya yaitu Gunung Ambang yang berlokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (BOLTIM) propinsi Sulawesi Utara. Tingginya 1.795 mdpl.

Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya bersama anak-anak Akper Totabuan Kotamobagu ke Gunung Ambang.

Awalnya….

( Foto bersama sebelum melakukan pendakian pertama. 19 November 2014)
        Pengalaman menyenangkan saya disaat liburan kuliah, saya, teman-teman saya, kakak-kakak senior dan anak mapala salah satu perguruan tinggi di Kotamobagu pergi berlibur ke gunung ambang yang berada di Bolaang Mongondow Timur. Kami ingin segera sampai ketujuan tersebut tapi saat itu hujan turun dengan derasnya dan kami pun memutuskan untuk menunggu hujan berhenti. Setelah hujan berhenti, kami melanjutkan perjalanan dengan menumpang sebuah mobil pick up agar cepat sampai karena hari sudah mulai sore. Sepanjang perjalanan kami melewati dua danau yaitu Danau Tondok dan Danau Mooat.

( Menumpang mobil orang. 19 Nov 2014 )
          Sekitar pukul lima sore kami sudah sampai dijalan awal kami akan mulai melakukan pendakian. Hawa di desa Bongkudai Baru begitu dinginnya karena daerah tersebut sudah berada didataran tinggi. Tapi sebelum memulai pendakian harus melapor ke Kepala Desa setempat.
         Kami mulai melakukan pendakian setelah rombongan terkumpul semua tetapi sebelumnya kami berdoa agar sampai ditempat tujuan dengan selamat. Perjalanan pun dimulai dengan jalan setapak yang penuh dengan lumpur setelah hujan deras.  

( Awal mula jalur pendakian melalui Bongkudai Baru )
        Pertama kami mulai berjalan melewati perkebunan cengkeh dan melewati hamparan perkebunan bawang, kol, kentang dan yang lainnya dikiri kanan sepanjang perjalanan.  Kami berhenti disebuah pohon untuk mengumpulkan tenaga kembali setelah melewati jalan tanjakan. Ditempat pemberhentian itu kami bisa melihat indahnya Danau Mooat dari atas dan kami berfoto-foto ria.



( Danau Mooat dari atas perkebunan )


 

( Foto bersama. Ian, Lily (saya), Yono, Anding, dan Entin. 21 Maret 2015 )

( Bersama kakak-kakak senior.  19 Nov 2014 )
         Setelah tenaga kembali terkumpul, kami melanjutkan perjalanan kembali karena senja sudah mulai hilang digantikan oleh sang malam. Sekitar sepuluh meter jarak dari pemberhentian tadi, kami mulai memasuki hutan. Itu adalah awal jalan yang sesungguhnya. Pendakian yang berat apalagi ditambah dengan perjalanan malam yang membuat tanjakan Patah Hati terasa semakin jauh dan udara yang makin menusuk. Kami menggunakan senter sebagai alat penerang perjalanan kami agar kami tidak terjatuh dalam jurang dengan ketinggian yang tidak bisa diperkirakan. Jalanan yang mulai penuh tanjakan membuat tenaga kami terkuras habis-habisan. Kami berhenti kira-kira setengah perjalanan karena yang lainnya sudah sangat kelelahan. Kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak. Setelah sebagian tenaga kembali terkumpul, kami melanjutkan perjalanan.
      Udara yang dingin serta pohon-pohon yang rindang menemani perjalanan kami. Merunduk melewati kano-kano agar kaki, tangan dan wajah tidak sampai tergores daun rumput yang terurai menutupi jalur pendakian. Setelah sekian lama kami mendaki, akhirnya kami singgah disebuah mata air panas sekalian untuk makan.


(Mata air panas di sekitar puncak gunung Ambang. Sumber foto : http://irsangeology.blogspot.com/2012/07/puncak-gunung-api-ambang-bol-tim-sulut.html)
 
              Para laki-laki disini menyediakan makanan karena kami sebagai perempuan tidak tahu bagaimana caranya memasak dengan menggunakan alat mereka. Jadilah kami menunggu makanan kami. Makan malam itu adalah makan malam yang nikmat karena rasa kebersamaan sangat tercipta. Setelah kami makan, kami melanjutkan perjalanan. Saat bintang-bintang sudah mulai kelihatan itu artinya kami sudah sampai dipuncak.
           Para anak mapala dan kakak-kakak senior saya mulai mendirikan tenda untuk tempat berteduh kami. Untung saja saat itu sudah tidak hujan sehingga kami bisa menikmati malam diatas gunung Ambang ditemani oleh bintang malam yang tidak bisa dihitung berapa jumlahnya serta teh jahe yang membuat tubuh terasa hangat. Kakak-kakak senior dan anak mapala mulai bercerita tentang kisah-kisah ditempat itu. Saya tidak bisa tidur karena udara yang begitu dingin dan saya memutuskan mendengarkan mereka bercerita tentang kejadian mistis ditempat itu sampai larut malam.
            Saat subuh menjelang, saya bisa melihat bintang-bintang yang bergerak kesana kemari untuk pulang dan saat matahari mulai terbit saat fajar menyingsing begitu indahnya karya sang maha pencipta untuk pemandangan yang menakjubkan tersebut. Kami berfoto-foto agar momen itu tidak terlewatkan begitu saja. Berburu buah kismis yang masih segar asli dari tempat asalnya. Menikmati ketinggian diatas awan dari puncak Leher Unta atau Punduk Unta adalah hal yang paling indah. Jangan lupa juga untuk turun ke daerah Kawahnya.


(pohon kismis (krenten) khas gunung ambang)

( ini buah kismis (krenten) segar )


( pemandangan dari puncak Leher Unta atau Punduk Unta. 21 Maret 2015 pukul 05.31 )


( puncak Leher Unta atau Punduk Unta. 20 Nov 2014 )
 
 ( Ini namanya Leher Unta atau Punduk Unta )





( Kawah gunung ambang )


( ini bisa dikatakan air terjun dengan ketinggian kurang lebih 2 meter hahaha )

















( jangan lupa untuk berfoto ria kawan. itu wajib hahahaha )
         Hari semakin sore dan kami memutuskan untuk turun gunung tapi sebelumnya kami singgah untuk mengambil air untuk minum. Perjalanan untuk turun sudah tidak begitu melelahkan sehingga kami cepat sampai ditempat awal kami memulai perjalanan. Itulah perjalanan kami untuk menaklukan sang maha Ambang.

Terima Kasih ^^